APA ITU CITRAAN?
Citraan adalah kesan yang dapat kita
tangkap (terima) pada kalimat atau baris dalam puisi. Citraan berhubungan
dengan indra manusia. Citraan merupakan gambaran-gambaran angan dalam puisi
yang ditimbulkan melalui kata-kata (Pradopo, 1987). Citraan digambarkan melalui
kiasan-kiasan yang merupakan suatu bentuk keindahan dalam bahasa.
Dalam pembangunan citraan, setiap
penyair berusaha mengkongkritkan ide yang masih abstrak. Ia berusaha intuisinya
sebagai penyair dengan imajinasi yang ada pada pembaca. Akibatnya, ia harus
berusaha menata kata sedemikian rupa agar makna-makna abstrak menjadi kongkret
dan nyata., misalnya lewat bahasa atau lewat gerak.
Citraan memang merupakan salah satu
cara memanfaatkan sarana kebahasaan di dalam sajak. Pemanfaatan secara baik dan
tepat dapat menciptakan suasana kepuitisan. Beberapa penyair, bahkan banyak
penyair justru menyandarkan kekuatan sajaknya pada faktor citraan ini. Di dalam
sajak diperlukan kekongkretan gambaran, kejelasan, dan hidupnya gambaran
sehingga pembaca atau penikmat dapat turut merasakan dan hidup dalam pengamatan
batin penyair.
Pada masa sastra klasik, sajak-sajak
imajis justru disenangi masyarakat. Sajak-sajak yang ditampilkan lewat
ungkapan-ungkapan menggunakan bahasa kias yng mengundang imaji, sehingga
ungkapan-ungkapan itu menjadi sangat imajis. Hanya saja sajak-sajak imajis pada
masa sastra klasik hanya berkembang pada tataran bahasa-bahasa kiasan untuk
memperbandingkan atau untuk mengungkapkan suatu keadaan atau sifat. Sehingga
pada perkembangannya, sajak-sajak imajis tradisional berbeda dengan sajak-sajak
imajis modern.
Sajak-sajak imajis tradisional
seringkali menggunakan secara berulang-ulang suatu ungkapan imaji sehingga
imaji tersebut terdengar klise. Tetapi pada sajak-sajak imajis modern, ungkapan
yang membangkitkan imajinasi pembaca sangat bervariasi. Dengan demikian hal yang
harus diperhatikan dalam usaha pemanfaatan citraan didalam sajak adalah
pengucapan yang dapat dinilai asli dan tidak.
Fungsi citraan adalah sebagai berikut.
1. Memberikan gambaran yang
jelas.
2. Menimbulkan susasan yang
khusus.
3. Membuat hidup gambaran
dalam pikiran dan penginderaan.
4. Menarik perhatian
pembaca.
Jenis-jenis
Citraan Puisi
1. Citraan penglihatan (visual
imegery)
Citraan penglihatan adalah citraan yang
ditimbulkan oleh indera penglihatan (mata). Citraan ini paling sering digunakan
oleh penyair. Citraan penglihatan mampu memberi rangsangan kepada indera
penglihatan sehingga hal-hal yang tidak terlihat menjadi seolah-olah terlihat.
Contoh:
Nanar aku gila sasar
Sayang berulang padamu jua
Engkau pelik menarik ingin
Serupa dara dibalik tirai
(Amir Hamzah, Padamu Jua)
2. Citraan pendengaran (auditory
imagery)
Citraan pendengaran adalah citraan yang
dihasilkan dengan menyebutkan atau menguraikan bunyi suara, misalnya dengan munculnya
diksi sunyi, tembang, dendang, dentum, dan sebagainya. Citraan
pendengaran berhubungan dengan kesan dan gambaran yang diperoleh melalui indera
pendengaran (telinga).
Contoh:
Sepi menyanyi, malam dalam mendoa
tiba
Meriak muka air kolam jiwa
Dan dalam dadaku memerdu lagu
Menarik menari seluruh aku
(Chairil Anwar, Sajak Putih)
3. Citraan perabaan (tactile
imagery)
Citraan perabaan adalah citraan yang dapat
dirasakan oleh indera peraba (kulit). Pada saat membacakan atau mendengarkan
larik-larik puisi, kita dapat menemukan diksi yang dapat dirasakan kulit,
misalnya dingin, panas, lembut, kasar, dan sebagainya.
Contoh:
Kapuk randu, kapuk randu!
Selembut tudung cendawan
Kuncup-kuncup di hatiku
Pada mengembang bermerkahan
(WS Rendra, Ada Tilgram Tiba Senja)
4. Citraan penciuman (olfactory)
Citraan penciuman adalah citraan yang berhubungan
dengan kesan atau gambaran yang dihasilkan oleh indera penciuman. Citraan ini
tampak saat kita membaca atau mendengar kata-kata tertentu, kita seperti
mencium sesuatu.
Contoh:
Dua puluh tiga matahari
Bangkit dari pundakmu
Tubuhmu menguapkan bau tanah
(WS Rendra, Nyanyian Suto untuk Fatima)
5. Citraan pencecapan (gustatory)
Citraan pencecapan adalah citraan yang
berhubungan dengan kesan atau gambaran yang dihasilkan oleh indera pencecap.
Pembaca seolah-olah mencicipi sesuatu yang menimbulkan rasa tertentu, pahit,
manis, asin, pedas, enak, nikmat, dan sebagainya.
Contoh:
Dan kini ia lari kerna bini bau melati
Lezat ludahnya air kelapa
(WS Rendra, Ballada Kasan dan Patima)
6. Citraan gerak (kinaesthetic
imagery)
Citraan gerak adalah gambaran tentang sesuatu
yang seolah-olah dapat bergerak. Dapat juga gambaran gerak pada umumnya.
Contoh:
Pohon-pohon cemara di kaki gunung
pohon-pohon cemara
menyerbu kampung-kampung
bulan di atasnya
menceburkan dirinya ke kolam
membasuh luka-lukanya
(Abdulhadi, Sarangan)
Selain citraan di atas, ada pula ahli sastra yang
menambahkan jenis citraan lain, yaitu:
1. Citraan perasaan
Puisi merupakan ungkapan perasaan penyair. Untuk
mengungkapkan perasaannya tersebut, penyair memilih dan menggunakan kata-kata
tertentu untuk menggambarkan dan mewakili perasaannya itu. Sehingga pembaca
puisi dapat ikut hanyut dalam perasaan penyair.
Perasaan itu dapat berupa rasa sedih, gembira,
haru, marah, cemas, kesepian, dan sebagainya.
Contoh:
Alangkah pilu siutan angin
menderai
Mesti berjuang menghabiskan lagu sedih
Kala aku terpeluk dalam lengan-lenganmu
Sebab keinginan saat ini mesti tewas dekat usia
(Toto Sudarto Bachtiar, Wajah)
2. Citraan intelektual
Citraan intelektual adalah citraan yang
dihasilkan oleh/ dengan asosiasi-asosiasi intelektual.
Contoh:
Bumi ini perempuan jalang
yang menarik laki-laki jantan dan pertapa
ke rawa-rawa mesum ini
dan membunuhnya pagi hari
(Subagio Sastrowardoyo, Dewa Telah Mati)
Contoh puisi yang banyak mengandung citraan
terlihat berikut ini.
DUKA CITA
Yang memucat wajahnya
merenungi kelabu dinding kamar
yang ditinggal mati penghuninya
sedang di luar
anjing terdiam
tak melihat kupu terbang
menjatuhkan madu di lidahnya
yang terasa getir
Angin tidak bekerja
ranting pohonan merunduk
menyesali daun kering yang terlepas
waktu perempuan berkerudung hitam
melangkah di atas daunan
berisik, menyayat hati burung
yang pecah telurnya
Tangan-tangan gadis
yang pucat mukanya
diam-diam meronce melati
sambil mengusap air mata
Di ujung desa
jenazah sedang di sucikan
(Kuntowijoyo)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar